MENOLAK BENCANA DENGAN IBADAH DAN DOA
Bencana dan bahaya, semua pasti ingin terhindar dari hal itu sejauh-jauhnya. karena itu sudah menjadi naluri alami semua makhluk baik manusia, hewan dan tumbuhan. Masing-masing memiliki cara agar untuk membuat dirinya tetep dalam keadaan aman.
Manusia adalah makhluk sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Akan tetapi semua memiliki naluri menolak bahaya bahkah hewan sekalipun yang tak memiliki akal pikirin sebagaimana manusia. Diambil contoh saja, hewan saat merasa dirinya teramcam akan mengelurkan kemanpuan bertahanya. Seperti kucing dengan cakarnya, kura-kura dengan cangkangnya, dan sebagainya.
Manusia juga sama dalam hal yang membahayan dirinya. Menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghindar dari bahaya. Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak alat-alat diciptakan untuk manusia untuk bertahan dari bahaya. Contoh saja salah satu teknologi Negara Jepang yang dapat mendeteksi dan memberi peringatan jika ada gempa bumi atau sunami.
Sungguh sudah sangat maju usaha manusia dalam pertahanan mereka menghindari bahaya dan bencana. Akan tetapi perlu kita sadari manusia dalam hal mehindari dan menolak bahaya itu dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok Pertama. Mereka adalah orang yang hanya percaya dan mengandalkan pada hal yang nyata. Orang-orang ini dalam usaha menolak bahaya hanya mengandalkan sesuatu yang nampak jelas alatnya dan hanya percaya dengan teori pengetahuan yang ada. Mereka menampik kemungkinan yang terjadi di luar dari nalar manusia. Hal ini disebabkan factor lemahnya keimanan dengan hal gaib (Allah, Malaikat, Jin dan Takdir).
Firman-nya “itu hanya kehidupan di dunia semata, dan kita tak akan dibangkitkan di akhirat”
Kelompok Kedua. Mereka adalah orang yang percaya (dalam menolak bahaya) dengan hal yang tak nyata atau gaib namun berlebihan. Sehingga mereka meremehkan fasilitas alat yang ada untuk menghindari bahaya. Karena sifat berlebihanya (dalam hal gaib) mereka sampai terjerumus kedalam perbuatan bidah, sihir dan syirik. Wal hasil mereka sampai mencari bantuan dari para dukun dan dengan jimat. Naudzubillah mindalik.
Kelompok ketiga. Mereka adalah orang yang tengah-tengah. Pemahaman akan perkara hal gaib mereka didasari landarasan ilmu Islam dan juga tidak mengesampingkan fasilitas yang nyata. Orang-orang seperti ini adalah muslim yang berpamahan lurus. Tidak hanya mengandalkan alat yang nyata saja, namun juga menempatkan kapercayan dan kepasrahan pada dzat Yang Gaib dan Maha Kuasa atas segalanya yaitu Allahu subhanahu wata’ala.
Karena segala sesuatu tak akan terjadi tanpa kehendak dan izin dari Allah Ta’ala, sehingga bahaya tidak akan pernah terjadi kecuali Allah sudah berkehendak. Maka, sehebat apa pun alat diciptakan manusia untuk melawan kehendak-Nya tak ada yang bisa. Lihat saja seberapa hebat teknologi Jepang untuk mendeteksi gempa tapi tetap saja gempa itu terjadi dan memporak-porandakan. Sekali lagi lihat seberapa canggih teknologi kapal pesiar Tetanic tapi tetap saja Allah hendak menenggelamkan maka karam sudah di samudra.
Berdeda dengan usaha nabi Nuh, setelah ia berusaha dengan kemampuannya ia pasrah dengan ibadah dan doa kepada dzat Yang Maha Menentukan, sehingga terselamatkan dari bencana banjir yang melahap bumi. Begitu pula yang dialami oleh Rosulullah saat perang Badar, jumlah lawan tidak seimbang. Akan tepapi dengan kekuatan sholat dan doa, Allah beri kemenangan pasukan muslim dan menimpakan bencana kekalahan pada pasukan kafir Quraisy.
Saudaraku,
Allah Ta’ala berfirman “wahai orang-orang beriman mohon-lah pertolongan dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. QS Al-Baqorah 152
Karena segala sesuatu itu dari Allah dan akan kembali pada-Nya, maka memohon dan doa-lah pada Allah Yang Maha Memiiki dan Kuasa atas segalanya. Dengan kiat yang sudah disyariatkan yaitu dengan doa, sabar, dan sholat maka Allah akan memberikan yang terbaik untukmu. Entah Allah
Bencana itu tidak semua buruk bagi manusia, ada pembelajaran dan peringatan bagi orang yang mukmin dan menjadi hukuman dan siksa bagi orang yang kafir dan dzalim.
Dan kiat lain yang diajarkan oleh Rosulullah adalah dengan bersedekah. Rosul berkata : “sedekah yang diam-diam itu meredam kemarahan Rob, sebagaimana meredamnya air terhadap kobaran api” HR Ath-Thobrony dan disohihkan oleh Syaikh Al-Bani.
Lewat bersedekah kita bisa menghindari dari kemarahan Allah untuk mendatangkan bencana. Maka perbanyaklah kita dengan bersedekan terutama dengan sedekah yang diam-diam tanpa menampak-nampakkan karena untuk menjaga keikhlasan hati kita dalam bersedekah. Wal iyadubillah.
0 komentar: