Istilah Itsar dalam keseharian mungkin sudah tidak asing lagi, tapi-untuk mengamalkannya tidak semua orang dapat melakukannya kecuali hamba Alloh yang ikhlash. Itsar adalah akhlaq mulia yang sudah jarang kita temui, apalagi di zaman modern, Zaman di mana orang lebih mementingkan dunia yang fana daripada akhirat yang kekal dan abadi. Padahal akhlaq ini telah melekat pada diri salafus shalih yang sudah seharusnya kita menjadikan mereka sebagai teladan hidup. Sungguh ironis, jika sifat mulia ini mulai sedikit demi sedikit menghilang dari dir kaum muslimin.
Pengertian Al-Itsar
Itsar (لْإِيثَارُا ), secara bahasa artinya melebihkan orang lain atas dirinya sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di zaman kita sekarang ini, Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Subhananu wa Ta’ala dan juga dicintai oleh setiap makhluk.
Memang jika dilihat dari logika, hal ini adalah hal yang sangat berat, karena mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain tanpa mengharap imbalan apapun. Akan tetapi di dalam agama Islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Tinta emas sejarah telah menuliskannya, bagaimana sikap itsar kaum muslimin terhadap saudaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai sambutan orang-orang Anshor terhadap orang-orang Muhajirin yang berhijrah ke Madinah.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa yang telah dimiliki mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Imam Qurtubi menuturkan bahwa itsar adalah mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri dan masalah duniawi, sehingga sifat ini merupakan akhlak terpuji. Meskipun demikian, itsar tidak boleh diterapkan dalam hal akhirat dan ibadah.
Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan al-Itsar adalah lawan daripada kikir. Sesungguhnya orang yang mengutamakan orang lain, akan meninggalkan apa yang ia butuhkan untuk dirinya. Demikian itu kedudukan itsar adalah tingkatan yang paling tinggi dari sifat dermawan, kemurahan hati dan perbuatan baik.
Jama’ah jumat rohimakumullah
Keutamaan Al-Itsar
Sungguh, seseorang yang mempunyai sifat al-itsar, akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak, diantara keutamaan-keutaman al-itsar adalah:
Pertama, akan dicintai oleh Allah Ta’ala
Allah berfirman. Sesungguhnya Allah munyakai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Kedua, akan dicintai oleh manusia
Sahl bin Sa’d as-Sa’idy –radhiallahu ‘anhu berkata, “Seseorang mendatangi Nabi dan bertanya, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku mengerjakannya aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia.” Rasul menjawab. Zuhud-lah terhadap dunia, maka Allah akan munyukaimu dan zuhud –lah terhadap apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan menyukaimu. (HR Ibnu Majah, dengan derajat hasan)
Ketiga, akan dimudahkan urusannya di dunia dan dilepaskan dari kesusahan di akhirat
Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Siapa yang menolong kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan menolong kesusahannya di akhirat. HR Muslim
Keempat, akan tumbuh ikatan ukhuwah yang erat dan kuat antar sesama muslim
Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”
Teladan dari Al-Itsar
Ketika peperangan Yarmuk kaum muslimin mendapat kemenangan yang cukup gemilang pada peperangan tersebut diantara kaum muslimin ada yang mengalami luka dan cedera, diantaranya adalah tiga orang sahabat Nabi yaitu: Al-Haris bin Hisyam, ‘Ayyas bin Abi Rabi’ah dan Ikrimah bin Abi Jahal. Keadaan mereka saat itu kritis dan sekarat. Hudzaifah Al-‘Adawi ia menceritakan, ”Pada saat itu aku membawa air yang sedikit, aku berikan kepada Al-Haris yang pada saat itu ia tengah berteriak meminta air karena ia sangat kehausan.
ketika air sudah dihadapannya dan ia bersiap untuk meminumnya tiba-tiba terdengar suara orang lain juga berteriak kehausan yaitu sahabatnya Ikrimah, ketika itu pula ia mengisyaratkan untuk memberikan air tersebut untuk Ikrimah,
ketika air sudah dihadapan Ikrimah dan ia sudah bersiap untuk meminumnya saat itu pula terdengar suar sahabat lain yaitu ‘Ayyas memita air. Maka Ikrimah pun mengisyaratkan untuk memberikan air tersebut kepadanya, ketika air tersebut dibawa kehadapan ‘Ayyas ternyata ia sudah meninggal terlebih dahulu tanpa sempat meminum air tersebut, ketika air tersebut dibawa kembali kepada dua orang sahabat yang meminta air tadi ternyata ajal juga telah menjemput mereka akhirnya para sahabat tersebut meninggal dunia tanpa salah seorang pun diantara mereka yang meminum air tesebut.
Oleh Haries
0 komentar: