Tuesday, 24 January 2017

MAKALAH BULETIN BULAN NOVEMBER 2016

TALI ITU BERNAMA 
"UKHUWAH ISLAMIYAH"

“Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah.” (H.R. Abu Daud)

Diriwayatkan oleh Imam Mlik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata:
“Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku datang ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Allah aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Allah tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Allah aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Allah berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”

MAKNA UKHUWAH ISLAMIYAH

Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: “Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah”
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi)
Peringkat-peringkat ukhuwah:
Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)
Ta’awun adalah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran

Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2. Memohon didoakan bila berpisah
“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan

MANFAAT UKHUWAH ISLAMIYAH
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan
Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14
Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta, yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain.
Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsure, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.

Wednesday, 4 January 2017

MAKALAH BULETIN BULAN JANUARI 2017

PRESTASI AMALAN AKHIRAT KITA TAHUN INI
Kita saat ini berada di penghujung akhir dari tahun 2016 dan sebentar lagi kita akan memasuki  tahun baru. Kami mengajak jamaah sekalian untuk bersama-sama kembali mem-fashback jejek perjalan kita setahun ini tentang amalan-amalan kita. Amalan-amalan yang dapat menjadikan di seorang bertaqwa.
Penting bagi kita untuk selalu me-muhasabah atau mengoreksi diri sendiri. Ibarat hidup adalah sebuah ujian maka di sana selalu ada koresi hasil dari ujian tersebut agar diketahui hasil nilai ujian. Dan dari nilai ujian tersebut diketahui prestasi masing-masing dari kita. Sukses kah, atau sebaliknya gagal?
Seperti itu gambarannya. Kata ujian tidak hanya dikait-kan dengan urusan dunia saja tetapi ujian yang sesungguhnya lebih tepat dikait-kan dengan urusan akhirat. Karena sejatinya kita hidup di dunia ini hanyalah “mampir” sebentar untuk menyiapkan bekal perjalan yang sangat jauh dan abadi, yaitu perjalan kehidupan akhirat.
Allah berfirman;
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”
Dan amal apakah yang paling pertama harus kita koreksi? Tentu saja amal yang utama yaitu amalan yang akan kelak ditanya pertama kali di hari hisab. Yaitu adalah ASH-SHOLAT
Solat adalah tiang agama. Jika Sholat nya tegak dengan baik maka agamanya tegak dengan baik pula. Apabila Sholatnya rusak maka rusak pula agamanya. Maka kita sebagai umat beragama Islam jangan pernah mengendorkan perhatian kita terhadap urusan Sholat, sedikit pun. Naudzubillah kalau kita sampai meremehkan urusan ini.
Jadi saudaraku yang diromati Allahta ta’ala. Bagaimana dengan diri kita tentang urusan Sholat? Sudahkah kita menegakkannya dengan baik, sudahkah kita menepati waktunya dengan sempurna tanpa bolong-bolong. Dan sudahkah kita datangi setiap kali panggilan sholat dikumandakan, atau kita pura-pura tidak dengar dan mengabaikan ataupun malas-malasan?
Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 103. “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”
Nadzubillah. Jangan sampai kita meremehkan urusan sholat sedikitpun. Jika tidak… kelak kita akan benar-benar menyesal di akhirat, sebagaimana menyesalnya orang-orang yang dimasukkan ke dalam NERAKA yang bernama SAQOR. Orang-orang itu ditanya kenapa kalian bisa masuk ke dalam SAQOR?
Mereka menjawab. Dahulu kami tidak menegakkan sholat dengan benar. Q.S Al-Muddassir,
Naudzubillah sekali lagi… naudzubillahi mindzalik.
Kemudian tetang urusan zakat, infak dan sodaqoh. Amalan-amalan ini semua berkaitan dengan urusan harta kita. Sejatinya harta kita itu bukan-lah milik kita akan tetapi itu adalah sebuah titipan yang dititipkan ke pada kita, dan kelak kita akan ditanyai pertanggung jawabannya.
Kalau diibarat kan harta yang saat ini ada pada kita adalah ibarat seorang tukang parkir, yang dititipi bermacam-macam kendaran  tanpa merasa itu miliknya, karena dia tahu itu adalah milik orang lain. Akan tetapi tetap-lah dia merasa yang bertanggung jawab penuh dengan keberadaan barang tersebut.
Gambaran ini jelas terjawab oleh firman Allah : “kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan” Q.S At-Takastur, 6
Apakah kita gunakan harta titipan itu untuk jalan Allah (yaitu dengan me-zakatkan, menginfakkan, dan mensodaqohkan) atau kita gunakan untuk jalan syetan? (dengan berfoya-foya, senang dan melampauibatas, danbahkan mendholimi diri sendiri atau orang lain). Tidak sebatas itu saja tentang kenikmatan yang dipertanyakan pada hari itu, tapi tentang apa saja yang diberikan oleh Allah subhanahuwata’ala.
Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari itu semua.
Saudara-saudaraku... Kemudian masih banyak lagi yang harus kita koreksi dari diri kita tentang amalan-malan akhirat dan hal-hal kewajiban sebagai seorang hamba Allah. Dari hal puasa romadhon, (bagaimana dengan puasa kita di tahun ini? Lengkap kah? Bagus kah? Apa malah bolong-bolong? Apa malah tidak puasa), lalu soal amalan-amalan Sunnah rosululah, (sudahkan kita perhatian? apa kita mengabaikannya karena sunnah? Dengan dalih hukum sunnah? Dikerjakan berpahala dan tidak tidak apa-apa)
Kami mohon ampun dari Mu ya Allah.
Ada pepatah bahasa mengatakan “sebaik-baik guru adalah pengalam”
Maka kita ambil pelajaran dari jejak perjalan tahun ini agar kita bisa menghadapi tahun yang baru ini dengan lebih baik. Dan kita selalu berharap agar di tahun yang baru ini kita bisa memperbaiki dan meningkatkan amalan-amalan kita. Agar kelak kita dimasukan golongkan orang-orang yangbertakwa. Amin
Wallahu musta'an.