Thursday, 8 September 2016

HAFAL QURAN 30 JUZ DAN HADlTS TAK MENJAMIN KITA MASUK SURGA

Kisah nyata ini dituturkan Habib Quraisy bin Qosim Baharun, Cirebon, dr kisah perjalanannya th 1996. Kala itu pesawat melintasi daratan Afrika. Diantara penumpangnya Habib Quraisy dan ibu Tua sekitar 65-70 tahun berpenutup jilbab di sebelahnya. “Dimana asal Anda?” Tanyanya. Tahu Habib Quraisy orang Indonesia, dia mengajaknya berbahasa Indonesia dan amat fasih pula. Ibu Tua itu tersenyum bijak sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan 20 bahasa daerah”.

Ibu Tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dg indah dan mahir.
Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an, “Apakah Ibunda HAFAL AL-QUR’AN ?”
Beliau jawab “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal”.

Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.

“Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

Ibu itu kembali bertutur “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cenderung pada tasawuf sehingga saya pilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya.
Saking seringnya saya baca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.

Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luarbiasanya Ibu itu. Namun karena tidak percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba test kebenaran perkataannya. Apakah benar Ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia menguasai Tafsir Jalalain ttg asbabun-nuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata benar Ibu itu hafal Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.

Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada dalam kitab Bulughul Maram Ibu Tua itu pun menjabarkannya cukup jelas.

Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu Tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tsb.

Dan lagi Ia menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat heran akan kehebatan Ibu Tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pesawat akan mendarat di Airport. Ibu itu mengambil tasnya yang ada di kabin. Kerana sudah merasa kenal, Habib membantu menurunkan 3 tasnya ke lantai pesawat. Subhaanallah… Saat Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas kalung salib.

Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk lemah. Ibu itu tersenyum,  “Akan kujelaskan padamu nanti di hotel.”
Habib akan transit selama sehari semalam, pun Ibu Tua itu. Maka di ruang tunggu dia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib dan berjanji bertemu di ruang lobbi restaurant.

Keduanya akhirnya bertemu. Kpada Habib Qurasy ia mengatakan, “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, tapi kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.

Ia mengatakan bahwa Ia telah mempelajari Kristen, Hindu juga Islam. Ia mengungkap ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di balik wahyu Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad SAW.
“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib bertanya.
Dia katakan “Saya tidak beragama”
“Andai Ibu masuk Islam, begitu baca syahadat, ibu akan langsung dapat titel ulama”. Karena demikian luas ilmu yang dimiliki kata Habib.

Ia menjawab, 
“MUNGKIN KARENA SAYA BELUM MENDAPAT HIDAYAH DARI ALLAH”

Habib Quraisy meneteskan airmata bersyukur kpd Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA.

Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk jadi seorang muslim. Demikianlah kisah ajaib ini. Semoga dapat diambil iktibar betapa bersyukur kita dianugrahi iman dan semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah.


Ibu tua itu namanya ANN MARIE SCHIMMEL, ahli terkemuka dalam literature Islam & mistisisme (tasawuf), berkebangsaan Jerman, sebagai professor mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara berbeda, dikenal memiliki ingatan fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 thn, entah bagaimana tentang keimanannya di akhir hidupnya. Ada yang tahu???
BETAPA MAHALNYA HIDAYAH. 
SETINGGI-TINGGINYA ILMU, 
SELUAS-LUASNYA PENGETAHUAN,
SEDALAM-DALAMNYA PEMIKIRAN, DAN 
SEKUAT-KUATNYA HAFALAN AL-QUR’AN 30 JUZ DAN HADlTS
TIDAKLAH MAMPU MENGGAPAI HIDAYAH.
KERANA HIDAYAH DATANGNYA DARI RAHMAT ALLAH.
SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MASUK SURGA KARENA RAHMATNYA
 

Tidaklah cukup hafal Al-Qur'an dan hadist.


Subhanallah....

Tuesday, 6 September 2016

MAKALAH BULETIN BULAN SEPTEMBER 2016

 MENOLAK BENCANA DENGAN IBADAH DAN DOA
Bencana dan bahaya, semua pasti ingin terhindar dari hal itu sejauh-jauhnya. karena itu sudah menjadi naluri alami semua makhluk baik manusia, hewan dan tumbuhan. Masing-masing memiliki cara agar untuk membuat dirinya tetep dalam keadaan aman.
Manusia adalah makhluk sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Akan tetapi semua memiliki naluri menolak bahaya bahkah hewan sekalipun yang tak memiliki akal pikirin sebagaimana manusia. Diambil contoh saja, hewan saat merasa dirinya teramcam akan mengelurkan kemanpuan bertahanya. Seperti kucing dengan cakarnya, kura-kura dengan cangkangnya, dan sebagainya.
Manusia juga sama dalam hal yang membahayan dirinya. Menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghindar dari bahaya. Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak alat-alat diciptakan untuk manusia untuk bertahan dari bahaya. Contoh saja salah satu teknologi Negara Jepang yang dapat mendeteksi dan memberi peringatan jika ada gempa bumi atau sunami.
Sungguh sudah sangat maju usaha manusia dalam pertahanan mereka menghindari bahaya dan bencana. Akan tetapi perlu kita sadari manusia dalam hal mehindari dan menolak bahaya itu dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok Pertama. Mereka adalah orang yang hanya percaya dan mengandalkan pada hal yang nyata. Orang-orang ini dalam usaha menolak bahaya hanya mengandalkan sesuatu yang nampak jelas alatnya dan hanya percaya dengan teori pengetahuan yang ada. Mereka menampik kemungkinan yang terjadi di luar dari nalar manusia. Hal ini disebabkan factor lemahnya keimanan dengan hal gaib (Allah, Malaikat, Jin dan Takdir).
Firman-nya “itu hanya kehidupan di dunia semata, dan kita tak akan dibangkitkan di akhirat”
Kelompok Kedua. Mereka adalah orang yang percaya (dalam menolak bahaya) dengan hal yang tak nyata atau gaib namun berlebihan. Sehingga mereka meremehkan fasilitas alat yang ada untuk menghindari bahaya. Karena sifat berlebihanya (dalam hal gaib) mereka sampai terjerumus kedalam perbuatan bidah, sihir dan syirik. Wal hasil mereka sampai mencari bantuan dari para dukun dan dengan jimat. Naudzubillah mindalik.
Kelompok ketiga. Mereka adalah orang yang tengah-tengah. Pemahaman akan perkara hal gaib mereka didasari landarasan ilmu Islam dan juga tidak mengesampingkan fasilitas yang nyata. Orang-orang seperti ini adalah muslim yang berpamahan lurus. Tidak hanya mengandalkan alat yang nyata saja, namun juga menempatkan kapercayan dan kepasrahan pada dzat Yang Gaib dan Maha Kuasa atas segalanya yaitu Allahu subhanahu wata’ala.
Karena segala sesuatu tak akan terjadi tanpa kehendak dan izin dari Allah Ta’ala, sehingga bahaya tidak akan pernah terjadi kecuali Allah sudah berkehendak. Maka, sehebat apa pun alat diciptakan manusia untuk melawan kehendak-Nya tak ada yang bisa. Lihat saja seberapa hebat teknologi Jepang untuk mendeteksi gempa tapi tetap saja gempa itu terjadi dan memporak-porandakan. Sekali lagi lihat seberapa canggih teknologi kapal pesiar Tetanic tapi tetap saja Allah hendak menenggelamkan maka karam sudah di samudra.
Berdeda dengan usaha nabi Nuh, setelah ia berusaha dengan kemampuannya ia pasrah dengan ibadah dan doa kepada dzat Yang Maha Menentukan, sehingga terselamatkan dari bencana banjir yang melahap bumi. Begitu pula yang dialami oleh Rosulullah saat perang Badar, jumlah lawan tidak seimbang. Akan tepapi dengan kekuatan sholat dan doa, Allah beri kemenangan pasukan muslim dan menimpakan bencana kekalahan pada pasukan kafir Quraisy.
Saudaraku,
Allah Ta’ala berfirman “wahai orang-orang beriman mohon-lah pertolongan  dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. QS Al-Baqorah 152


Karena segala sesuatu itu dari Allah dan akan kembali pada-Nya, maka memohon dan doa-lah pada Allah Yang Maha Memiiki dan Kuasa atas segalanya. Dengan kiat yang sudah disyariatkan yaitu dengan doa, sabar, dan sholat maka Allah akan memberikan yang terbaik untukmu. Entah Allah


turunkan Rahmat-Nya atau bencana, semua itu adalah baik. Karena ada hikmah dan pelajaran dibalik Rahmat atau bencana bagi orang yang berpikir.
Bencana itu tidak semua buruk bagi manusia, ada pembelajaran dan peringatan bagi orang yang mukmin dan menjadi hukuman dan siksa bagi orang yang kafir dan dzalim.
Dan kiat lain yang diajarkan oleh Rosulullah adalah dengan bersedekah. Rosul berkata : “sedekah yang diam-diam itu meredam kemarahan Rob, sebagaimana meredamnya air terhadap kobaran api”  HR Ath-Thobrony dan disohihkan oleh Syaikh Al-Bani.

Lewat bersedekah kita bisa menghindari dari kemarahan Allah untuk mendatangkan bencana. Maka perbanyaklah kita dengan bersedekan terutama dengan sedekah yang diam-diam tanpa menampak-nampakkan karena untuk menjaga keikhlasan hati kita dalam bersedekah. Wal iyadubillah.