Wednesday, 8 February 2017

MAKALAH BULETIN BULAN FEBRUARI 2017

KETIKA AL QURAN BICARA TENTANG ORANG MUNAFIK
Suadaraku seiman dan setanah kelahiran. Dewasa zaman ini tanah kelahiran kita dilanda perkara yang begitu pelik dan rusuh tentang carut-marutnya tatanan negeri ini. Tidak hanya di kalangan para petinggi negeri saja yang terkena dampak dasyat-nya persoalan ini, namun di kalangan rakyat jelata pun merasakan dampaknya.

Sampai puncaknya di suatu hari jutaan rakyat dari penjuru kota tumpah ruah turun ke jalanan ibu kota Jakarta, untuk menyampaikan suara hati rakyat kepada para penguasa negeri ini dengan satu permintaan yaitu“keadilan”.

Alih-alih mengindahkan tuntutan rakyatnya, malahan perkara itu semakin dibuat runyam dan “mbulet-mbulet” tak berujung. Sebenarnya mudah bagi para pemegang kuasa untuk segera mengakhiri polemik ini yaitu dengan cara menghilangkan sumber dari masalah.

Kalau boleh diibarakan keadaan negeri kita saat ini adalah ibarat rumah yang sedang kebocoran genteng ditengah musim hujan. Maka bagaimana solusinya bagi penghuni rumah untuk mengakhari kebocoran air hujan dari atas genteng? Menadahi kebocoran dengan ember? Nantinya juga pasti meluap. Ditadahi dengan drum yang lebih besar dari ember? Nantinya juga bisa meluap. Atau ganti saja seluruh bangunan rumahnya?

Sekali lagi solusi jalan keluarnya adalah menghilangkan sumber bencana. Tidak perlu sampai harus mengganti seluruh bangunan rumah tapi cukup ganti genteng yang bocor dengan genteng lain yang normal.

Kemudian muncul-lah pertanya “kenapa problem ini terjadi di negeri yang dikenal sebagai Negara dengan Muslim terbanyak sedunia?” bukan-kah dalam ajaran Islam penganutnya diajarkan tentang berlaku adil dan baik (Q.S An-Nahl. 90) ? Benar sekali... bahwa ajaran itu menjadi dasar dari ajaran Islam.

Akan tetapi timbulnya masalah bukan pada ajaran Islam-nya melainkan dari tubuh kaum itu sendiri. Banyak dari kaum Muslimin yang digrogoti penyakit di dalam hatinya yang menjadikan sebagian kaum muslimin tersebut cinta dunia dan benci terhadap ajaran agamanya sendiri, Islam. Menjadikan saudara seimannya sebagai musuh dan menjadikan musuh agamanya sebagai kawan sejawat karena mengharapkan kenikmatan dunia yang hina dina dan fana. Baik harta, jabatan, maupun wanita semua itu bayangan dan angan-angan yang mereka harapkan.

Penyakit hati ini disebut Nifak dan si pederita penyakit-nya disebut Munafik. Allah subhanau wata’ala sudah mengkabarkan perihal orang-orang Munafik ini di dalam kalam wahyu-Nya, Al-Qur’an dengan penjabaran yang jelas dalam surat An-Nisa’. Mari kita simak dan renungkan firman-Nya agar kita sadar akan peringatan dan bisa mengambil pelajaran.

Allah Ta’ala berfirman.
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,(ayat 138)
Kemudian Allah menerangkan siapa yang dimaksud dengan orang munafik itu?

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (ayat 139)
Yang ereka cari dari perteman mereka dengan orang kafir adalah kekuatan, baik berupa harta, jabatan kepemimpinan, dan kenikmatan dunia lainnya.

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam”(ayat 140)

Benar telah terjadi (real) di negeri kita ini, bahwa Al-Qur’an yang dicintai ummat Islam dan dijunjung tinggi telah diingkari, dihina, diperolok-olokkan, dinista oleh orang kafir. Dan mirisnya ada sebagian dari kaum Muslim (yang munafik) duduk membantu, menolong, mendukung, menjadi kawannya si penista Al-Qur’an ini.

Sungguh mereka akan menjadi hina bersama orang-orang kafir tersebut kelak di Akhirat. Karena Allah akan mengumpulkan mereka semua menjadi satu di Neraka Jahannam.

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami turut bersama kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”(ayat 141)

Di ayat 141, Allah nampakkan sifat dan watak orang munafik yaitu plin-plan dan tidak konsisten. Mereka hanya memihak demi keuntungan.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (ayat 142)

Mereka berusaha membuat “makar” dengan tipuannya tapi Allah membalas makar mereka dan “Allahu Khoirul makirin”. Mereka pura-pura sholat, atau pakai peci, atau pakai jilbab (sebagai kedok) hanya untuk pura-pura dihadapan manusia padahal mereka tak pernah menyebut Asma Allah Ta’ala kecuali sedikit sekali

“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya” (ayat 143)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”( ayat 144)

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (ayat 145-146)

Wallahu musta’anu ala ma yasifun