Sunday, 11 December 2016

MAKALAH BULETIN BULAN DESEMBER 2016

BINATANG PUN MURKA KEPADA PENGHINA NABI
AL-IMAM Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bercerita dalam kitabnya:
Pernah suatu hari ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad (menjadi Nashrani).
Dan pada perayaan itu ada seorang pendeta yang menghina Nabi SAW, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat. Maka saat si penyembah salib yang dengki ini mulai mencela Nabi SAW, anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam si Nashrani itu dan mencakar wajahnya.Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya.
Lantas sebagian orang yang hadirberkata: “Itu diakibatkan hinaanmu kepada Muhammad SAW.”Lantas si Nashrani berkata: “Tidak, anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya.”Namun kemudian Si Nashrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Nabi SAW dengan perkataannya yang sangat keji.
Maka si anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher si Nashrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang paling atas.Orang itu pun mati seketika. Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam. Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?(Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany di dalam kitab “AdDurarurl Kaaminah Fi A’ayaanil Miati Tsaaminah” Jilid 4 hlm 153)“Jangan sampai seekor anjing masih lebih mulia karena membela kehormatan Nabi SAW, dibanding yang mengaku muslim tapi membela penghina Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab mulia yang dimukjizatkan Allah Subhanahuwata’ala khusus kepada Rosulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasallah sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Al-qur’an adalah kita suci bagi ummat Islam baik secara fisik mushaf-nya ataupun isi dari ayatnya, maka kita harus selalu menjaga kesuciannya.
Dan diantara bentuk kita menjaga kesucian Al-Qur’an adalah dengan menjalan sunnah yang diajarkan oleh rosulullah ketika hendak menbacanya, yaitu berwudlu. Ini merupakan bentuk realisasi dari firman Allah dalam surat : “tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” QS Al-Waqiah 79
Kemudian, diantara bentuk tidakan kita dalam menjaga kemuliaan dan kesucian Al-Quran adalah dengan membaca,menghafal, mempelajari dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Allah Subhanahuwata’ala berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”makna dari ayat ini adalah mengkabarkan bahwa sungguh Al-Qur’an itu dijaga keasliannya dari zaman ke zaman, terjaga dari perubahan , pemalsuan dan kecacatan.
Maka tidak diragukan lagi keabsahan dan keotentikan Al-Qur’an karena Allah langsung yang berjanji menjaganya. Sebagaimana tafsiran dari Qatadah, menjaga al-Quran dari syetan yang ingin menambah kebatilan atau menghilangkan kebenaran. Ketahuilah bahwa syetan ada dari golongan jin dan golongan manusia (sebagaimana dalam surat An-Nas) mereka semua kompak hendak menyesatkan manusia dari jalan kebenaran.
Dan kita menjaga Al-Qur’an dari penghinaan, pelecehan, penistaan dan istihza’. Entah penghinaan itu dengan maksud sengaja atau tidak disengaja. Islam tidak menghukumi perbuatan dari dasar niat di dalam hati, akan tetapi Islam menghukumi perbuatan dari lahir atau dzahirnya amal. Karena urusan niat dalam hati hanyalah Allahu Ta’ala yang mengetahuinya. Jangankan kita, manusia se-level rosulullah pun tidak tahu dengan urusan hati kecuali yang dikabarkan oleh Allah.
Maka, sudah sangat jelas dalam menyikapi istihza’ terhadap Islam, syariat sangat-lah tegas dan keras bagi pelaku istihza’. Baik pelaku itu dari golongan kaum muslimin atau kafirin semuanya tidak dipandang bulu.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. " QS At-Taubah 65
Menjadi kewajiban kita sebagai seorang mukmin yang menyakini Iman dalam hati, bahwa Allah, Rosul, Al-Qur’an dan Islam yang merupakan dasar dari Iman tersebut harus dijunjung tinggi, diutamakan dari segala hal dan dibela hingga titik penghabisan. Janji Allah Ta’ala bagi siapa yang menjaga Syiar-Syiar Allah akan mejaganya sebagaimana Rosulullah bersabdah “jagalah (Syiar) Allah maka Allah akan mejagamu…”
Dan dari ayat Al-Qur’an : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya” QS Al-Hajj 40
Sebagaimana kisah di atas, kalau seekor binatang yang hanya memiliki naluri insting hewani mampu membela dan mewalan penghina Islam, maka sangat ironis kalau orang Islam sendiri tidak mau membela agamannya atau bahkan lebih parah dengan membela yang menghina.
“Benar, Islam tidak akan hina walau sedunia menghinakan. Akan tetapi lebih hina kalau agama Islam  dihina kita tidak membelanya”
Waiyadubillah, wallahu musta’an.